Sunday, November 23, 2014

Landasan sosial budaya pendidikan



PENDAHULAN
A. Latar Belakang Masalah
Sosiologi pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi ke generasi agar kehidupan masyarakat berkelanjutan dan identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosial budaya.                                     
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosiologi Pendidikan
1.      Pengertian Pendidikan
Menurut Driyakarya, pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Crow and Corw berpendapat bahwa pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya, membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi. Sedangkan Ki Hajar Dewantara juga berpendapat bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak.
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 bab 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan adalah asas, dasar atau fondasi yang memperkuat dan memperkokoh dunia pendidikan dalam rangka untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas dan bermutu. Dari beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan di atas, pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses mendidik, yakni proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakuakan dalam bentuk pembimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan.


2.      Pengertian Sosiologi
Menurut etimologi sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu kata socious yang berarti teman, dan logos yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengetahuan. Pengertian tersebut diperluas menjadi ilmu pengetahuan tentang pergaulan hidup manusia atau masyarakat. Seiring dengan perkembangan sosiologi, para ahli telah memberikan definisi dengan sudut pandang yang berbeda-beda, seperti berikut ini. (Soerjono Soekamto, 2001:20).
Menurut Roucek dan Warren sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia dalam kelompok.
Sosiologi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sosiologi umum  (menyelidiki gejala sosio-kultural secara umum) dan sosiologi khusus (pengkhususan dari sosiologi umum yang menyelidiki aspek kehidupan sosio-kultural secara mendalam) salah satunya adalah sosiologi pendidikan. Sosiologi juga mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Empiris            : bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan.
2.      Teoretis           : merupakan peningkatan fase penciptaan, bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan kepada generasi muda.
3.      Komulatif        : berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
4.      Nonetis            : menceritakan apa adanya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.
Dari beberapa pendapat diatas dapat tarik persamaan dari pengertian sosiologi, yakni sosiologi merupakan ilmu yang membahas atau mempelajari interaksi dan pergaulan antara manusia dalam kelompok dan struktur sosial.
3. Pengertian Budaya
Menurut Taylor kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat. Imran Hasan mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat sitiadat dan nilai-nilai kepandaian. Jadi, budaya adalah hasil cipta, rasa, dan karya manusia.
4.Pengertian Sosiologi Pendidikan
Abu Ahmadi berpendapat bahwa sosiologi pendidikan adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membahas proses interaksi sosial anak-anak mulai dari keluarga, masa sekolah sampai dewasa serta dengan kondisi-kondisi sosio-kultural yang terdapat dalam masyarakat dan negaranya. Jadi, sosiologi pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia, baik itu individu atau kelompok dengan peresekolahan sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan berkesinambungan antara manusia dengan pendidikan.
B. Sosiologi dan Pendidikan
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Salah satu bagian sosiologi, yang dapat dipandang sebagai sosiologi khusus adalah sosiologi pendidikan. Wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi : 1) interaksi guru-siswa; 2) dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah; 3) struktur dan fungsi sistem pendidikan dan; 4) sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan. Wujud dari sosiologi pendidikan adalah tentang konsep proses sosial.
Proses sosial dimulai dari interaksi sosial yang didasari oleh faktor-faktor
Imitasi atau peniruan, sugesti, identifikasi, dan simpati.
C. Kebudayaan dan Pendidikan
             Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang menerima pendidikan makin berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin tinggi pula pendidikan atau cara mendidiknya. Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup segala  aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan dalam kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan seterusnya kemungkinan matinya kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu kebudayaan umum harus diajarkan pada semua sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, dan kebudayaan populer juga diajarkan dengan proporsi yang kecil.
Maka dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan.
D. Fungsi Sosial Budaya terhadap Pendidikan
Dalam perkembangan landasan sosial budaya memiliki fungsi yang amat penting dalam dunia pendidikan yaitu :
1.      Mewujudkan masyarakat yang cerdas
2.      Transmisi budaya
3.      Pengendalian Sosial
4.      Meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Tuhan YME
5.      Analisis Kedudukan Pendidikan dalam Masyarakat
E. Dampak Konsep Pendidikan
Kebudayaan masyarakat jika dikaitkan dengan pendidikan maka ditemukan sejumlah konsep pendidikan.
a.    Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya
b.    Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat termasuk wakil orang tua siswa untuk ikut memajukan pendidikan
c.    Proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan
d.   Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar
b.    Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau perkembangan anak. Sebaliknya pendidikan juga dapat mengubah kebudayaan anak. (Made Pidarta, 1997:191-192).
PENUTUP
KESIMPULAN
1.    sosiologi merupakan ilmu yang membahas atau mempelajari interaksi dan pergaulan antara manusia dalam kelompok dan struktur sosial.
2.    kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat.
3.    sosiologi pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia, baik itu individu atau kelompok dengan peresekolahan sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan berkesinambungan antara manusia dengan pendidikan.
4.    bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.
5.    Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya adalah masyarakat. Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme. Pendidikan atau sekolah memberi manfaat untuk meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyrakat

DAFTAR PUSTAKA

Made, Pidarta. 2000. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Ruswandi, Uus. 2008. Hermawan Heris, A. Nurhamzah. Landasan Pendidikan. Bandung: CV. Insan Mandiri.
Sutikno Sobry, M. 2008. Landasan Pendidikan. Bandung: Prospect.
Tim Sosiologi. 2003. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta:




Landasan ekonomi dalam pendidikan



LANDASAN EKONOMI DALAM PENDIDIKAN

A.    LATAR BELAKANG
Demokratisasi pendidikan yang tengah bergulir di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari persoalan pendidikan yang sedang kita hadapi. Pertama memang telah dilaksanakan program wajib belajar sembilan tahun. Namun belum menunjukkan capaian yang memuaskan, ini menunjukan rendahnya tingkat pendidikan, dan tentunya hal ini akan berimplikasi pada penyediaan  sumber daya manusia yang berkualitas. Krisis multidimensi yang dialami, upaya pemulihan ekonomi yang nampaknya masih berjalan lamban, dan biaya pendidikan yang semakin meningkat baik SLTP, SLTA maupun perguruan tinggi tampaknya akan lebih memperlemah kemampuan orang tua dan masyarakat dalam menyekolahkan anak-anaknya. Tingginya angka tidak melanjutkan sekolah, dapat menjadi indikator lemahnya kemampuan ekonomi orang tua dalam melanjutkan pendidikan anak-anaknya. Ini menunjukkan bahwa ada persoalan mendasar, yaitu sebagian besar  dari penduduk Indonesia belum menikmati pendidikan yang sesungguhnya adalah hak dan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh negara.
Permasalahan kedua adalah pengembangan sistem pendidikan dengan pendekatan hirarkhis struktural yang imperatif sifatnya. Pendekatan atas bawah seperti ini mempunyai implikasi yang sangat penting, terutama dapat menghambat proses demokratisasi itu sendiri. Kemandirian, kebebasan, dan kreativitas dihambat oleh mekanisme birokrasi yang dibangun secara seragam.
Ketiga, pergeseran paradigma pembangunan termasuk pembangunan pendidikan dari sentralisasi ke desentralisasi ternyata memberikan beberapa implikasi penting. Sekalipun pergeseran itu memperkuat proses demokratisasi, tetapi teramati beberapa kecenderungan dan gejala berikut ini, yaitu: (1) munculnya gejala “pertarungan” antara semangat independensi versus interdependensi. Dalam pertarungan itu, daerah memiliki semangat kedaerahan yang sangat tinggi sehingga cenderung ingin memiliki semuanya, mengabaikan rasa ketergantungan satu terhadap yang lain. Di pihak lain kondisi obyektif  terutama sosial ekonomi daerah pada daerah-daerah tertentu belum cukup kuat untuk menjadi kekuatan yang menopang implementasi otonomi terutama dalam mewujudkan demokrasi pendidikan. (2) kecenderungan terjadinya disparitas antar daerah terutama terkait dengan hak setiap warganegara untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Kesenjangan antar daerah  baik karena faktor ekonomi maupun geografis dapat menimbulkan ketidakpastian standar mutu yang dapat dicapai. Kasus terakhir adalah masalah konversi nilai Ujian Akhir Nasional, menunjukkan adanya persoalan  uncertainty about standards of achievement.
Keempat masalah ketersediaan sumber daya manusia khususnya tenaga kependidikan. Masalah  tenaga kependidikan terutama terkait dengan profesionalisme dalam arti kemampuan dan kesiapan dalam melaksanakan fungsi-fungsi pendidikan, dan masalah ketersediaan tenaga kependidikan untuk jabatan dan fungsi-fungsi pendidikan yang harus dilaksanakan baik guru maupun fungsi manajemen pendidikan lainnya seperti ahli perpustakaan, ahli analisis pendidikan, ahli ekonomi pendidikan, ahli politik pendidikan, pengembang kurikulum, konselor, psikolog, laboran, teknisi, dan lain sebagainya.
Ini menjadi suatu persoalan yang sangat serius dalam mewujudkan demokratisasi pendidikan. Nampak bahwa dalam kondisi seperti itu sangat sulit bagi anak-anak di daerah-daerah tersebut  untuk memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan yang bermutu. Padahal salah satu aspek penting dari demokratisasi pendidikan ialah kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. 
Kelima masalah lemahnya dukungan finansial. Sekalipun secara konstitusional telah ditetapkan besaran 20% dana APBN dan APBD untuk pendidikan, tetapi hal ini masih sangat sulit untuk dapat diwujudkan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Setiap daerah otonom memiliki kemampuan keuangan daerah yang tidak sama.
Keenam masalah kondisi obyektif sosio-demografis dan geografis wilayah dan kepulauan Indonesia. Kondisi demografis baik struktur penduduk dengan jumlah penduduk usia muda yang sangat besar,  jumlah penduduk, mobilitas, dan persepsi budaya tentang pendidikan menjadi tantangan dalam proses demokratisasi pendidikan. Demikian juga dengan faktor geografis. Wilayah kepulauan yang terpisah dan terpencil,  dan lemahnya infrastruktur terutama sistem transportasi menyebabkan banyak warganegara yang tidak memperoleh kesempatan pendidikan terlebih pendidikan yang bermutu. 
Masalah lain yang juga penting adalah terjadinya krisis ekonomi diberbagai negara, merumuskan berbagai kebijakan pembangunan, agar dapat bertahan dan bangkit kembali termasuk pula di Indonesia dibarengi dengan maraknya globalisasi ekonomi yang melanda dunia membawa bangsa Indonesia harus menghadapi tantangan yang makin berat dalam krisis tersebut.
Dalam memasuki globalisasi ekonomi ini bangsa Indonesia harus menghadapi dua kenyataan yang nampak paradoksal yaitu tantangan kerjasama disatu pihak dan persaingan global dipihak lain. Dengan demikian pengaruh globalisasi ekonomi ini menuntut kualitas dan ketahanan diri dan makin sempitnya peluang kerjanya dalam menjual jasa dan barang-barang produksi serta dalam memperoleh uang. Globalisasi ekonomi membawa pergeseran paradigma organisasi yaitu organisasi yang makin cerdas, makin lincah dalam berkompetensi. Organisasi yang semula memiliki mata rantai komando panjang perlu berubah menjadi organisasi yang lebih mengutamakan kecepatan, dimana dimungkinkan seseorang berkreasi lebih cepat, lebih efisien dan lebih efektif.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana peranan ekonomi dalam pendidikan?
2.      Apa fungsi produksi ekonomi dalam pendidikan?
3.      Bagaimana peran dan  fungsi ekonomi pendidikan?
4.      Bagaimana efesiensi dan efektivitas dana pendidikan?

C.      TUJUAN
1.      Untuk mengetahui peranan ekonomi dalam pendidikan.
2.      Untuk memahami fungsi produksi ekonomi dalam pendidikan.
3.      Untuk mengetahui peran dan  fungsi ekonomi pendidikan.
4.      Untuk mengetahui efesiensi dan efektivitas dana pendidikan.

D.    PEMBAHASAN
1.      PERAN EKONOMI DALAM PENDIDIKAN
Pada era globalisasi sekarang ini keterpurukan ekonomi di Indonesia akan diterapkan kebijaksanaan dan peraturan yang baru dan memperbaiki perekonomian bangsa sehingga rakyat yang menderita dapat dengan segera menikmati hasil perekonomian kita yang mapan di masa yang akan datang baik perekonomian yang bersifat makro dan mikro.
a.       Dimensi Makro
Analisis kegiatan pendidikan dilakukan oleh berbagai ilmuwan antara lain ilmuwan ekonomi. Dimyati (1988:65-66) dalam Satmoko (1999:106) menyatakan bahwa terdapat hubungan tidak langsung antara kegiatan pendidikan dengan kegiatan ekonomi yang diharapkan menjadi tenaga kerja.
Analisis ilmu ekonomi menunjukkan bahwa objek ilmu ekonomi adalah tindak ekonomis. Tindak ekonomis adalah memilih secara bijaksana sehubungan dengan keadaan alam, modal, tenaga kerja, organisasi dan waktu yang terbatas dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia yang terbatas. Analisis unsur-unsur tentang tindak ekonomi bermanfaat untuk memahami hubungan antara sistem ekonomis dan sistem pendidikan. Perbedaannya dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Perbandingan Antara Tindak Ekonomis Dan Tindak Pendidikan
KOMPONEN
TINDAK EKONOMIS
TINDAK PENDIDIKAN
a.    Tujuan Tindakan
Memperoleh keuntungan material atau saling menguntungkan
Menumbuhkan kebangkitan individu sebagai pribadi yg self help.
b.    Pelaku Tindakan
Orang dewasa yang menanggung biaya hidup (sesuai aturan dalam masyarakat)
Orang dewasa dan anak atau orang dewasa dan orang yg belum dewasa yg berfungsi sebagai pendi dik atau anak didik.
c.    Dasar Tindakan
Kaidah ekonomi non susila (non etis)
Kesusilaan sesuai martabat manusia
d.   Orientasi
Untung rugi ekonomis dan efisiensi
Terbentuknya keutuhan martabat manusia sebagai pribadi
e.    Waktu Kegiatan
Terbatas, dalam  rangka perhitungan keuntungan ekonomis
Sepanjang  hayat dengan perhitungan usia produktif
f.     Nilai-Nilai
Nilai ekonomis dalam sistem ekonomi yg berlaku, umumnya dihitung dengan uang
Nilai paedagogis dalam kaitan nilai sosial budaya
g.    Hasil Tindakan
Barang berupa jasa,atau uang
Berupa orang terpelajar, tenaga terampil yg diharapkan menjadi tenaga kerja
h.    Harga Satuan
Jumlah penghasilan dibagi jumlah penduduk setiap tahun
Jumlah biaya pendidikan dibagi lulusan setiap tahun.
                           
b.      Dimensi Mikro
Menurut Satmoko (1999: 109) Peran ekonomi secara mikro dapat dibuktikan bahwa orang memandang kehidupan seseorang dapat meningkat atau menurun karena terkait erat dengan perekonomian.
2.                  FUNGSI PRODUKSI DALAM PENDIDIKAN
Fungsi produksi dalam pendidikan, adalah hubungan antara output dan input, di mana ada tiga bagian yaitu:
1.      Fungsi Produksi Administator; yang dipandang input adalah segala sesuatu yang menjadi wahana dan proses dalam pendidikan, input pendidikan meliputi prasarana dan sarana belajar; Perlengkapan belajar di sekolah; Buku-buku pelajaran, dan bentuk material lainnya ;Barang-barang yang habis; Waktu guru bekerja, dan perangkat pegawai administrasi dalam memproses peserta didik harus dibeli dan dibayar. Kelima jenis input di atas sesudah dinilai dalam bentuk uang kemudian dijumlahkan. Sementara itu yang dipandang sebagai output adalah berbagai bentuk layanan dalam memproses peserta didik seperti menghitung SKS dan lamanya peserta didik dalam belajar.
2.      Fungsi Produksi Dalam Psikologi; adalah sama dengan input fungsi produksi administrator akan tetapi outputnya berbeda. Hasil output yang ada pada fungsi ini adalah hasil belajar siswa yang mencakup; peningkatan kepribadian, pengarahan dan pembentukan sikap, penguatan kemauan, penambahan pengetahuan, ilmu dan teknologi, penajaman pikiran, dan peningkatan estetika (keindahan) serta keterampilan.
3.      Fungsi Produksi Ekonomi; sebagai inputnya adalah semus biaya pendidikan seperti pada input fungsi produksi admnistrator, semua uang yang dikeluarkan untuk keperluan pendidikan yaitu uang saku, membeli buku dan sebagainya selama masa belajar dan uang yang mungkin diperoleh  lewat bekerja selama belajar atau kuliah, tetapi tidak didapat sebab waktu tersebut dipakai untuk belajar atau kuliah. Sementara yang menjadi outputnya adalah tambahan penghasilan peserta didik kalau sudah tamat dan bekerja, manakala orang ini sudah bekerja sebelum belajar atau kuliah. Dan apabila ia belum pernah bekerja yang menjadi outputnya adalah gaji yang diterima setelah tamat dan bekerja. Dalam menghitung harga-harga produksi ekonomi ada berbagai kesulitan yang menghadang  yaitu:
a)      Jika peserta didik tamat, belum tentu ia segera bekerja; Selama menunggu untuk mendapatkan pekerjaannya maka ia memutuskan untuk bekerja seadanya dengan penghasilan yang tidak tetap; Kalaupun lulusan membuat usaha sendiri dengan modal seadanya, penghasilan tiap bulan tidak mungkin teratur; Kalaupun lulusan bisa bekerja dengan penghasilan tetap tiap bulan sangat mungkin dia mencari tambahan penhasilan diluar untuk meningkatkan nafkahnya; Bila bekerja disektor swasta, pengasilannya sulit dihitung sebab upah  atau gaji perusahaan bervariasi; Kalaupun lulusan ini bisa bekerja dengan penghasilan tiap bulan maka dia mencari tambahan diluar untuk meningkatkan nafkahnya.
Dengan demikian fungsi produksi ekonomi akan bisa diaplikasikan dengan baik jika ada jaminan bahwa peserta didik segera bekerja setelah lulus sebagai Pegawai dengan gaji yang cukup sehingga tidak mencari tambahan pekerjaan diluar.  Fungsi produksi ekonomi bertalian erat dengan  marketing didunia pendidikan. Dalam hal ini Keuntungan marketing adalah a). Meningkatnya misi pendidikan secara sukses dan terselenggara dengan baik, sebab diisi dengan program yang baik, b). Kepuasan masyarakat ditingkatkan, c). Meningkatkan daya tarik terhadap petugas, peserta didik, dana donatur, d). Meningkatkan keefesiensi dan kegiatan pemasaran. Akan tetapi dalam marketing juga terdapat kelemahan adalah a). Ada kecederungan lembaga pendidikan selalu dijadikan usaha dagang untuk mendapatkan keuntungan, b). idealisme pendidikan cenderung diabaikan.
Menurut Mutrofin (1996) dalam Pidarta (2007:254), menyatakan bahwa negara-negara maju hubungannya antara pendidikan dengan pembangunan ekonomi sangatlah jelas, dimana sistem pendidikan diorientasikan kepada kebutuhan ekonomi yang didasari pada teknologi tinggi, fleksibelitas dan mobilitas angkatan kerja. Dalam masa pembangunan dinegara kita sekarang ini pengembangan ekonomi mendapat tempat strategis, dengan munculnya Link and Match, kebijaksanaan ini meminta dunia pendidikan menyiapkan tenaga-tenaga kerja yang sesuai dengan pasaran kerja, mencakup mutu, dan jumlah serta jenisnya.
3.                  PERAN DAN FUNGSI EKONOMI PENDIDIKAN
Fungsi ekonomi dalam pendidikan adalah menunjang kelancaran proses pendidikan bukan merupakan modal yang dikembangkan dan juga mendapatkan keuntungan yang berlimpah, disini peran ekonomi dalam sekolah juga merupakan salah satu bagian dari sumber pendidikan yang membuat anak mampu mengembangkan kognisi, afeksi, psikomotor untuk menjadi tenaga kerja yang handal dan mampu menciptakn lapangan kerja sendiri, memiliki etos kerja dan bisa hidup hemat. Selain sebagai penunjang proses pendidikan ekonomi pendidikan juga berfungsi sebagai materi pelajaran dalam masalah ekonomi dalam kehidupan manusia.
Dengan demikian kegunaan ekonomi dalam pendidikan  terbatas pada  hal-hal:
a). Untuk membeli keperluan pendidikan yang tak dapat dibuat. b). Membiayai semua perlengkapan gedung c). Membayar jasa dari segala kegiatan pendidikan, d). Mengembangkan individu yang berperilaku ekonomi e). Memenuhi kebutuhan dasar  para personalia pendidikan f). Meningkatkan motivasi kerja, dan g).  meningkatkan gairah kerja para personalia pendidikan.
Sumber-sumber dana pendidikan yang mungkin bisa diperoleh di antaranya: a). Dari pemerintah dalam bentuk proyek pembangunan, penelitian dan sebagainya; b). Kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta maupun dunia usaha.
c). Membentuk pajak pendidikan.

Menurut jenisnya pembiayaan pendidikan dibagi atas : a). Dana rutin b). Dana pembangunan c). Dana bantuan masyarakat, termasuk SPP yang digunakan untuk membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan; d). Dana usaha lembaga sendiri yang penggunaanya untuk membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan.
Di dalam mengelola dan merencanakan sumber dana, maka ada tiga macam perencanaan biaya pendidikan yaitu: a). Perencanaan sacara tradisional b). SP4 (Sistem Perencanaan Penyusunan Program Dan Penganggaran c). ZBB (Zero Base Budgeting).
4.      EFESIENSI  DAN  EFEKTIVITAS DANA PENDIDIKAN
Penggunaan dana pendidikan disebut efisien  apabila dana yang digunakan sesuai atau lebih kecil daripada yang telah direncanakan dan menghasilkan layanan layanan serta produksi pendidikan yang sama atau melebihi rencana semula. Adapun faktor utama dalam menentukan tingkat keefesienannya adalah penggunaan uang, proses kegiatan dalam pendidikan, dan hasil kegiatan yang telah dilakukan. Sedangkan penggunaan dana disebut efektif apabila dengan dana tersebut tujuan pendidikan yang telah direncanakan semula dapat dicapai dengan kuantitas dan kualitas yang sama atau melebihi dari yang direncanakan.
5.      PENUTUP
1)      Dalam dunia pendidikan faktor ekonomi bukan sebagai pemegang peran yang utama, melainkan sebagai pemeran yang cukup menentukan keberhasilan pendidikan.
2)      Faktor yang paling menentukan kehidupan dan kemajuan pendidikan adalah dedikasi, keahlian, keterampilan pengelola dan guru  serta dosen dalam setiap lembaga pendidikan.
3)      Fungsi ekonomi pendidikan menunjang kelancaran proses pendidikan dan sebagai bahan pengajaran ekonomi untuk membentuk manusia ekonomi yaitu manusia yang dalam kehidupan sehari-harinya memilki kemampuan dan kebiasaan
4)      Tiap lembaga pendidikan diupayakan mampu menghidupi diri sendiri, dengan cara mencari sumber- sumber dana tambahan sebanyak mungkin guna memajukan dunia pendidikan dan dalam penggunaan dana pendidikan haruslah secara professional dan efesien serta efektif selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan.
5)      Dalam upaya membentuk sumber daya manusia yang produktif, maka sistem pendidikan, struktur kurikulum, serta jenis pendidikan diatur kembali  selanjutnya biaya pendidikan ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang Depdiknas: http://ww.depdiknas.go.id
Biro Pusat Statistik: http://www. bps.go.id
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan (Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia).  Jakarta: PT. Rineka Cipta
Satmoko, Retno Sriningsih. 1999. Landasan Kependidikan (Pengantar ke arah Ilmu Pendidikan Pancasila). Semarang: CV. IKIP Semarang Press.