LANDASAN EKONOMI DALAM PENDIDIKAN
A. LATAR BELAKANG
Demokratisasi
pendidikan yang tengah bergulir di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
persoalan pendidikan yang sedang kita hadapi. Pertama memang telah dilaksanakan
program wajib belajar sembilan tahun. Namun belum menunjukkan capaian yang memuaskan, ini
menunjukan rendahnya tingkat pendidikan, dan tentunya hal ini akan berimplikasi
pada penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Krisis multidimensi yang dialami, upaya pemulihan ekonomi
yang nampaknya masih berjalan lamban, dan biaya pendidikan yang semakin
meningkat baik SLTP, SLTA maupun perguruan tinggi tampaknya akan lebih
memperlemah kemampuan orang tua dan masyarakat dalam menyekolahkan
anak-anaknya. Tingginya angka tidak melanjutkan sekolah, dapat menjadi
indikator lemahnya kemampuan ekonomi orang tua dalam melanjutkan pendidikan
anak-anaknya. Ini menunjukkan bahwa ada persoalan mendasar, yaitu sebagian
besar dari penduduk Indonesia belum menikmati pendidikan yang
sesungguhnya adalah hak dan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh negara.
Permasalahan
kedua adalah pengembangan sistem pendidikan dengan pendekatan hirarkhis
struktural yang imperatif sifatnya. Pendekatan atas bawah seperti ini mempunyai
implikasi yang sangat penting, terutama dapat menghambat proses demokratisasi
itu sendiri. Kemandirian, kebebasan, dan kreativitas dihambat oleh mekanisme
birokrasi yang dibangun secara seragam.
Ketiga,
pergeseran paradigma pembangunan termasuk pembangunan pendidikan dari
sentralisasi ke desentralisasi ternyata memberikan beberapa implikasi penting.
Sekalipun pergeseran itu memperkuat proses demokratisasi, tetapi teramati
beberapa kecenderungan dan gejala berikut ini, yaitu: (1) munculnya gejala
“pertarungan” antara semangat independensi versus interdependensi.
Dalam pertarungan itu, daerah memiliki semangat kedaerahan yang sangat tinggi
sehingga cenderung ingin memiliki semuanya, mengabaikan rasa ketergantungan
satu terhadap yang lain. Di pihak lain kondisi obyektif terutama sosial
ekonomi daerah pada daerah-daerah tertentu belum cukup kuat untuk menjadi
kekuatan yang menopang implementasi otonomi terutama dalam mewujudkan demokrasi
pendidikan. (2) kecenderungan terjadinya disparitas antar daerah terutama
terkait dengan hak setiap warganegara untuk mendapatkan pendidikan yang
bermutu. Kesenjangan antar daerah baik karena faktor ekonomi maupun
geografis dapat menimbulkan ketidakpastian standar mutu yang dapat dicapai. Kasus terakhir adalah masalah konversi nilai
Ujian Akhir Nasional, menunjukkan adanya persoalan uncertainty about standards of achievement.
Keempat masalah ketersediaan sumber daya manusia
khususnya tenaga kependidikan. Masalah tenaga kependidikan terutama
terkait dengan profesionalisme dalam arti kemampuan dan kesiapan dalam
melaksanakan fungsi-fungsi pendidikan, dan masalah ketersediaan tenaga
kependidikan untuk jabatan dan fungsi-fungsi pendidikan yang harus dilaksanakan
baik guru maupun fungsi manajemen pendidikan lainnya seperti ahli perpustakaan,
ahli analisis pendidikan, ahli ekonomi pendidikan, ahli politik pendidikan, pengembang
kurikulum, konselor, psikolog, laboran, teknisi, dan lain sebagainya.
Ini menjadi suatu
persoalan yang sangat serius dalam mewujudkan demokratisasi pendidikan. Nampak
bahwa dalam kondisi seperti itu sangat sulit bagi anak-anak di daerah-daerah
tersebut untuk memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan yang bermutu.
Padahal salah satu aspek penting dari demokratisasi pendidikan ialah kesempatan
yang sama dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.
Kelima
masalah lemahnya dukungan finansial. Sekalipun secara konstitusional telah
ditetapkan besaran 20% dana APBN dan APBD untuk pendidikan, tetapi hal ini
masih sangat sulit untuk dapat diwujudkan baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Setiap daerah otonom memiliki kemampuan keuangan daerah yang
tidak sama.
Keenam masalah kondisi obyektif sosio-demografis
dan geografis wilayah dan kepulauan Indonesia. Kondisi demografis baik struktur
penduduk dengan jumlah penduduk usia muda yang sangat besar, jumlah
penduduk, mobilitas, dan persepsi budaya tentang pendidikan menjadi tantangan
dalam proses demokratisasi pendidikan. Demikian juga dengan faktor geografis.
Wilayah kepulauan yang terpisah dan terpencil, dan lemahnya infrastruktur
terutama sistem transportasi menyebabkan banyak warganegara yang tidak memperoleh
kesempatan pendidikan terlebih pendidikan yang bermutu.
Masalah lain yang juga penting adalah terjadinya krisis ekonomi diberbagai
negara, merumuskan berbagai kebijakan pembangunan, agar dapat bertahan dan
bangkit kembali termasuk pula di Indonesia dibarengi dengan maraknya
globalisasi ekonomi yang melanda dunia membawa bangsa Indonesia harus
menghadapi tantangan yang makin berat dalam krisis tersebut.
Dalam memasuki globalisasi ekonomi ini
bangsa Indonesia harus menghadapi dua kenyataan yang nampak paradoksal yaitu
tantangan kerjasama disatu pihak dan persaingan global dipihak lain. Dengan
demikian pengaruh globalisasi ekonomi ini menuntut kualitas dan ketahanan diri
dan makin sempitnya peluang kerjanya dalam menjual jasa dan barang-barang produksi
serta dalam memperoleh uang. Globalisasi ekonomi membawa pergeseran paradigma
organisasi yaitu organisasi yang makin cerdas, makin lincah dalam
berkompetensi. Organisasi yang semula memiliki mata rantai komando panjang
perlu berubah menjadi organisasi yang lebih mengutamakan kecepatan, dimana
dimungkinkan seseorang berkreasi lebih cepat, lebih efisien dan lebih efektif.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana peranan ekonomi dalam pendidikan?
2.
Apa fungsi produksi ekonomi
dalam pendidikan?
3.
Bagaimana peran dan fungsi ekonomi pendidikan?
4.
Bagaimana efesiensi dan efektivitas
dana pendidikan?
C.
TUJUAN
1.
Untuk
mengetahui peranan ekonomi dalam pendidikan.
2.
Untuk
memahami fungsi produksi ekonomi dalam pendidikan.
3.
Untuk
mengetahui peran dan fungsi ekonomi pendidikan.
4.
Untuk
mengetahui efesiensi dan efektivitas dana pendidikan.
D.
PEMBAHASAN
1.
PERAN EKONOMI DALAM PENDIDIKAN
Pada era globalisasi
sekarang ini keterpurukan ekonomi di Indonesia akan diterapkan kebijaksanaan
dan peraturan yang baru dan memperbaiki perekonomian bangsa sehingga rakyat
yang menderita dapat dengan segera menikmati hasil perekonomian kita yang mapan
di masa yang akan datang baik perekonomian yang bersifat makro dan mikro.
a.
Dimensi Makro
Analisis
kegiatan pendidikan dilakukan oleh berbagai ilmuwan antara lain ilmuwan
ekonomi. Dimyati (1988:65-66) dalam Satmoko (1999:106) menyatakan bahwa terdapat hubungan tidak langsung antara
kegiatan pendidikan dengan kegiatan ekonomi yang diharapkan menjadi tenaga
kerja.
Analisis ilmu
ekonomi menunjukkan bahwa objek ilmu ekonomi adalah tindak ekonomis. Tindak
ekonomis adalah memilih secara bijaksana sehubungan dengan keadaan alam, modal,
tenaga kerja, organisasi dan waktu yang terbatas dalam rangka memenuhi
kebutuhan manusia yang terbatas. Analisis unsur-unsur tentang tindak ekonomi
bermanfaat untuk memahami hubungan antara sistem ekonomis dan sistem
pendidikan. Perbedaannya dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Perbandingan Antara Tindak Ekonomis Dan Tindak Pendidikan
KOMPONEN
|
TINDAK
EKONOMIS
|
TINDAK
PENDIDIKAN
|
a. Tujuan Tindakan
|
Memperoleh
keuntungan material atau saling menguntungkan
|
Menumbuhkan
kebangkitan individu sebagai pribadi yg self help.
|
b. Pelaku Tindakan
|
Orang
dewasa yang menanggung biaya hidup (sesuai aturan dalam masyarakat)
|
Orang
dewasa dan anak atau orang dewasa dan orang yg belum dewasa yg berfungsi
sebagai pendi dik atau anak didik.
|
c. Dasar Tindakan
|
Kaidah
ekonomi non susila (non etis)
|
Kesusilaan
sesuai martabat manusia
|
d. Orientasi
|
Untung
rugi ekonomis dan efisiensi
|
Terbentuknya
keutuhan martabat manusia sebagai pribadi
|
e. Waktu Kegiatan
|
Terbatas,
dalam rangka perhitungan keuntungan
ekonomis
|
Sepanjang hayat dengan perhitungan usia produktif
|
f.
Nilai-Nilai
|
Nilai
ekonomis dalam sistem ekonomi yg berlaku, umumnya dihitung dengan uang
|
Nilai
paedagogis dalam kaitan nilai sosial budaya
|
g. Hasil Tindakan
|
Barang
berupa jasa,atau uang
|
Berupa
orang terpelajar, tenaga terampil yg diharapkan menjadi tenaga kerja
|
h. Harga Satuan
|
Jumlah
penghasilan dibagi jumlah penduduk setiap tahun
|
Jumlah
biaya pendidikan dibagi lulusan setiap tahun.
|
b.
Dimensi Mikro
Menurut Satmoko (1999: 109) Peran ekonomi secara mikro dapat
dibuktikan bahwa orang memandang kehidupan seseorang dapat meningkat atau
menurun karena terkait erat dengan perekonomian.
2.
FUNGSI PRODUKSI DALAM PENDIDIKAN
Fungsi produksi dalam pendidikan, adalah hubungan
antara output dan input, di mana ada
tiga bagian yaitu:
1.
Fungsi
Produksi Administator; yang dipandang input adalah segala sesuatu yang
menjadi wahana dan proses dalam pendidikan, input pendidikan
meliputi prasarana dan sarana belajar;
Perlengkapan belajar di sekolah; Buku-buku pelajaran, dan bentuk material lainnya ;Barang-barang yang habis; Waktu
guru bekerja, dan perangkat pegawai administrasi dalam memproses peserta didik
harus dibeli dan dibayar. Kelima jenis input di atas
sesudah dinilai dalam bentuk uang kemudian dijumlahkan. Sementara itu yang dipandang sebagai output adalah
berbagai bentuk layanan dalam memproses peserta didik seperti menghitung SKS
dan lamanya peserta didik dalam belajar.
2.
Fungsi
Produksi Dalam Psikologi; adalah
sama dengan input fungsi produksi administrator akan tetapi outputnya berbeda.
Hasil output yang ada pada fungsi ini adalah hasil belajar siswa yang mencakup; peningkatan kepribadian, pengarahan dan pembentukan
sikap, penguatan kemauan, penambahan pengetahuan, ilmu dan teknologi, penajaman
pikiran, dan peningkatan estetika
(keindahan) serta keterampilan.
3.
Fungsi
Produksi Ekonomi; sebagai inputnya adalah semus biaya
pendidikan seperti pada input fungsi produksi admnistrator, semua uang yang dikeluarkan untuk keperluan
pendidikan yaitu uang saku, membeli buku dan sebagainya selama masa belajar dan uang yang mungkin diperoleh
lewat bekerja selama belajar atau kuliah, tetapi tidak didapat sebab
waktu tersebut dipakai untuk belajar atau kuliah. Sementara yang menjadi outputnya adalah tambahan penghasilan peserta
didik kalau sudah tamat dan bekerja, manakala orang ini
sudah bekerja sebelum belajar atau kuliah. Dan apabila ia belum pernah bekerja yang menjadi
outputnya adalah gaji yang diterima setelah tamat dan bekerja. Dalam menghitung
harga-harga produksi ekonomi ada berbagai kesulitan yang
menghadang yaitu:
a)
Jika peserta
didik tamat, belum tentu ia segera bekerja; Selama menunggu untuk mendapatkan
pekerjaannya maka ia memutuskan untuk bekerja seadanya
dengan penghasilan
yang tidak tetap; Kalaupun lulusan membuat usaha sendiri dengan modal seadanya, penghasilan tiap bulan
tidak mungkin teratur; Kalaupun lulusan bisa bekerja dengan penghasilan tetap tiap bulan sangat mungkin dia mencari tambahan penhasilan
diluar untuk meningkatkan nafkahnya; Bila bekerja disektor swasta, pengasilannya sulit dihitung sebab
upah atau gaji perusahaan bervariasi; Kalaupun lulusan ini bisa bekerja dengan
penghasilan tiap bulan maka dia mencari tambahan diluar untuk meningkatkan
nafkahnya.
Dengan demikian fungsi produksi ekonomi akan
bisa diaplikasikan dengan baik jika ada jaminan bahwa peserta didik segera
bekerja setelah lulus sebagai Pegawai dengan gaji yang cukup sehingga tidak
mencari tambahan pekerjaan diluar. Fungsi
produksi ekonomi bertalian erat dengan
marketing didunia pendidikan. Dalam hal ini Keuntungan marketing adalah a). Meningkatnya misi pendidikan secara sukses dan
terselenggara dengan baik, sebab diisi dengan program yang baik, b). Kepuasan masyarakat
ditingkatkan, c). Meningkatkan daya
tarik terhadap petugas, peserta didik, dana donatur,
d). Meningkatkan keefesiensi dan kegiatan pemasaran.
Akan tetapi dalam marketing juga terdapat kelemahan adalah
a). Ada kecederungan lembaga pendidikan
selalu dijadikan usaha dagang untuk mendapatkan keuntungan, b).
idealisme pendidikan cenderung
diabaikan.
Menurut
Mutrofin (1996) dalam Pidarta
(2007:254), menyatakan bahwa
negara-negara maju hubungannya antara pendidikan dengan pembangunan ekonomi sangatlah
jelas, dimana sistem pendidikan diorientasikan kepada kebutuhan ekonomi yang
didasari pada teknologi tinggi, fleksibelitas dan mobilitas angkatan kerja.
Dalam masa pembangunan dinegara kita sekarang ini pengembangan ekonomi mendapat
tempat strategis, dengan munculnya Link and Match, kebijaksanaan ini meminta
dunia pendidikan menyiapkan tenaga-tenaga kerja yang sesuai dengan pasaran
kerja, mencakup mutu, dan jumlah serta jenisnya.
3.
PERAN DAN
FUNGSI EKONOMI
PENDIDIKAN
Fungsi ekonomi dalam
pendidikan adalah menunjang kelancaran proses pendidikan bukan merupakan modal
yang dikembangkan dan juga mendapatkan keuntungan yang berlimpah, disini peran
ekonomi dalam sekolah juga merupakan salah satu bagian dari sumber pendidikan
yang membuat anak mampu mengembangkan kognisi, afeksi, psikomotor untuk
menjadi tenaga kerja yang handal dan mampu menciptakn lapangan kerja sendiri,
memiliki etos kerja dan bisa hidup hemat. Selain sebagai penunjang proses
pendidikan ekonomi pendidikan juga berfungsi sebagai materi pelajaran dalam masalah ekonomi dalam kehidupan manusia.
Dengan demikian kegunaan ekonomi dalam pendidikan terbatas pada hal-hal:
a). Untuk membeli
keperluan pendidikan yang tak dapat dibuat. b). Membiayai semua perlengkapan gedung c). Membayar jasa dari
segala kegiatan pendidikan, d). Mengembangkan individu
yang berperilaku ekonomi e). Memenuhi kebutuhan dasar para
personalia pendidikan f). Meningkatkan motivasi kerja,
dan g). meningkatkan gairah kerja para personalia pendidikan.
Sumber-sumber dana
pendidikan yang mungkin bisa diperoleh di antaranya:
a). Dari pemerintah dalam bentuk
proyek pembangunan, penelitian dan sebagainya; b). Kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta maupun dunia usaha.
c). Membentuk pajak pendidikan.
Menurut jenisnya pembiayaan
pendidikan dibagi
atas : a). Dana rutin b). Dana pembangunan c). Dana bantuan masyarakat, termasuk SPP yang
digunakan untuk membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan; d). Dana usaha lembaga
sendiri yang penggunaanya untuk membiayai hal-hal yang
belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan.
Di dalam mengelola dan
merencanakan sumber dana, maka ada tiga macam perencanaan biaya pendidikan yaitu: a). Perencanaan sacara tradisional b). SP4 (Sistem Perencanaan Penyusunan Program Dan Penganggaran c). ZBB (Zero Base Budgeting).
4.
EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS
DANA PENDIDIKAN
Penggunaan dana pendidikan
disebut efisien
apabila dana yang digunakan sesuai atau
lebih kecil daripada yang telah direncanakan dan menghasilkan layanan layanan serta produksi pendidikan yang sama atau
melebihi rencana semula. Adapun faktor utama dalam menentukan tingkat keefesienannya
adalah penggunaan uang, proses kegiatan dalam pendidikan, dan hasil kegiatan
yang telah dilakukan. Sedangkan penggunaan dana disebut efektif apabila dengan dana tersebut tujuan pendidikan yang telah
direncanakan semula dapat dicapai dengan kuantitas dan kualitas yang
sama atau melebihi dari yang direncanakan.
5.
PENUTUP
1)
Dalam dunia
pendidikan faktor ekonomi bukan sebagai pemegang peran yang utama, melainkan sebagai
pemeran yang cukup menentukan keberhasilan pendidikan.
2)
Faktor yang paling
menentukan kehidupan dan kemajuan pendidikan adalah dedikasi, keahlian, keterampilan pengelola dan guru serta dosen dalam setiap lembaga pendidikan.
3)
Fungsi
ekonomi pendidikan menunjang kelancaran proses pendidikan dan sebagai bahan
pengajaran ekonomi untuk membentuk manusia ekonomi yaitu manusia yang dalam kehidupan sehari-harinya
memilki kemampuan dan kebiasaan
4)
Tiap lembaga
pendidikan diupayakan mampu menghidupi diri sendiri, dengan cara mencari
sumber- sumber dana tambahan sebanyak mungkin guna memajukan dunia pendidikan dan dalam penggunaan dana
pendidikan haruslah secara professional dan efesien serta efektif selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan.
5)
Dalam upaya membentuk sumber
daya manusia yang produktif, maka sistem pendidikan, struktur kurikulum, serta
jenis pendidikan diatur kembali
selanjutnya biaya pendidikan ditingkatkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Balitbang Depdiknas: http://ww.depdiknas.go.id
Biro Pusat Statistik: http://www.
bps.go.id
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan (Stimulus Ilmu Pendidikan
Bercorak Indonesia). Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Satmoko, Retno Sriningsih. 1999. Landasan Kependidikan (Pengantar ke
arah Ilmu Pendidikan Pancasila). Semarang: CV. IKIP Semarang Press.
http://dwijakarya.blogspot.com/2009/01/01/landasan-ekonomi-dalam-pendidikan.html/accesed 03/10/2009.
No comments:
Post a Comment