Sunday, November 23, 2014

Makalah perkembangan ilmu pengetahuan mata kuliah filsafat ilmu





DAFTAR ISI
      
Daftar Isi .................................................................................................   1
Abstrak ...................................................................................................    2
Kata Pengantar ......................................................................................    3
Pendahuluan
A.     Latar Belakang ............................................................................     4
B.     Rumusan Masalah .......................................................................     5
C.     Tujuan ..........................................................................................     5
D.    Manfaat .........................................................................................     5
Pembahasan
A.     Pengertian Filsafat ......................................................................      6
B.     Pengertian Ilmu Pengetahuan ...................................................      7
1.      Karakteristik Ilmu Pengetahuan ..............................................       7
2.      Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan ......................................................       8
3.      Syarat-Syarat Ilmu .....................................................................      9
C.    Peranan filsafat dalam Ilmu pengetahuan ................................      9
D. PerananIlmu Pengetahuan dalam Matematika ...........................      11
F.  Kesimpulan .....................................................................................      13
Daftar Pustaka .....................................................................................      13









PERANAN FILSAFAT DALAM ILMU PENGETAHUAN


 


ABTRAK
                       
Makalah ini membahas tentang peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan. Dengan tujuan penulisan adalah untuk mengetahui pengertian ilmu pengetahua kita dapat memahami arti penting dari ilmu pengetahuan. Dengan mengetahui peranan antara filsafat dalam ilmu pengetahuan dapat memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran. Dengan mengetahui pengertian peran ilmu pengetahuan, guru dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran matematika.

Kata Kunci :  Ilmu pengetahuan, filsafat dalam ilmu pengetahuan, peranan ilmu pengetahuan dalam matematika

                                               

Makalah mahasiswa Program studi magister Pendidikan matematika pasca sarjana Unsri 2014

Nama                           : Putri Cahyani Agustine
NIM                            : 06022681419007
Dosen Pengampu        : 1. Prof. Dr. Waspada, M.Pd., Ph.D.
                                     2.  Prof. Dr.dr. Nuraini Fauziah, Sp.K.F.R.,M.P.H.









KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Salawat dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW atas perjuangan beliau kita dapat menikmati pencerahan iman dan islam dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Peranan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan” dalam rangka memenuhi tugas Filsafat Ilmu.
Makalah ini telah dibuat berdasarkan sumber-sumber yang telah dikumpulkan. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.



Palembang, 18 November 2014


            Penulis






PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Filsafat merupakan ilmu dengan cakupan yang sangat luas. Hal ini dikarenakan filsafat adalah ilmu yang mempelajari setiap hal di dunia ini. Bahkan dalam kehidupan sehari – hari pun sejatinya kita juga tengah berfilsafat. Filsafat dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari aturan-aturan atau norma dalam kehidupan (Departemen Agama, 2001). Sehingga mempelajari filsafat tidak lain adalah belajar tentang hidup dan kehidupan.
Objek filsafat meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu mempelajari filsafat artinya mempelajari mengenai segala yang ada dan yang mungkin ada. Jika dikaitkan dengan pembelajaran matematika, maka belajar matematika dalam konteks filsafat adalah belajar dengan menggunakan logika dan intuisi. Dalam hal ini, matematika dapat dipandang sebagai sebuah kegiatan dan bukan hanya sebatas ilmu.
Dalam komunikasi pemikiran keilmuan, matematika memainkan dua peranan, yakni :
1.      Sebagai ratu, matematika merupakan bentuk logika paling tinggi yang pernah diciptakan oleh pemikiran manusia. Logika ini dilukiskan dalam bentuk sistem simbolis dari kegiatan pemikiran serta struktur yang teratur dari teori bilangan dan ruang.
2.      Sebagai pelayan, matematika menyediakan bagi ilmu-ilmu yang lainnya, bukan saja sistem logikanya tetapi juga model matematis dari berbagai segi kegiatan keilmuwan. Matematika dari model inilah yang dipergunakan untuk mengkomunikasikan hukum keilmuwan dan hipotesis.
Filsafat dan matematika tumbuh bersama dalam asuhan seorang filsuf Yunani yakni Pythagoras yang mengemukakan bahwa segenap gejala alam merupakan pengungkapan inderawi dari perbandingan-perbandingan matematis. Ia juga menyimpulkan bahwa bilangan merupakan intisari dan dasar pokok dari sifat-sifat benda. Selain Pythagoras, filsuf lain yang menegaskan mengenai eratnya hubungan antara filsafat dan matematika adalah Plato. Ia mengemukaan bahwa geometri sebagai pengetahuan ilmiah yang berdasarkan akal murni menjadi kunci ke arah pengetahuan dan kebenaran kebenaran filsafat. Menurut Plato, geometri merupakan suatu ilmu dengan akal murni yang membuktikan proporsi-proporsi abstrak mengenai hal-hal abstrak seperi garis lurus, segitiga atau lingkaran. Jadi, ilmu pengetahuan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena selalu melekat dalam kegiatan sehari-hari.

B.RUMUSAN MASALAH
1.        Apakah pengertian ilmu pengetahuan?
2.        Bagaimanakah peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan?
3.        Bagaimanakah peran ilmu pengetahuan dalam matematika?

C.    TUJUAN
1.        Untuk mengetahui pengertian ilmu pengetahuan.
2.        Untuk mengetahui peranan antara filsafat dalam ilmu pengetahuan . 
3.        Untuk mengetahui peranan ilmu pengetahuan dalam matematika.

D.   MANFAAT
1.        Dengan mengetahui pengertian ilmu pengetahuan, kita dapat memahami arti penting dari ilmu pengetahuan.
2.        Dengan mengetahui peranan antara filsafat dalam ilmu pengetahuan dapat memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran.
3.        Dengan mengetahui pengertian peran ilmu pengetahuan, guru dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran matematika..







E.PEMBAHASAN
A.Pengertian Filsafat
              Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis (The Liang Gie, 1999).
Kalau menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani Kuno, orang yang pertama memakai istilah philosophia dan philosophos ialah Pytagoras (592-497 S.M.), yakni seorang ahli matematika yang kini lebih terkenal dengan dalilnya dalam geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2. Pytagoras menganggap dirinya “philosophos” (pencinta kearifan). Baginya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan. Selanjutnya, orang yang oleh para penulis sejarah filsafat diakui sebagai Bapak Filsafat ialah Thales (640-546 S.M.). Ia merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The Liang Gie, 1999).
           Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat terwujud sebagai sikap yang ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan, terus menerus mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran (Soeparmo, 1984).
             Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia makin kompleks, maka tidak semuanya dapat dijawab oleh filsafat secara memuaskan. Jawaban yang diperoleh menurut Koento Wibisono dkk. (1997), dengan melakukan refleksi yaitu berpikir tentang pikirannya sendiri. Dengan demikian, tidak semua persoalan itu harus persoalan filsafat.

B.Pengertian  Ilmu pengetahuan          
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Beberapa pendapat para ahli tentang ilmu pengetahuan :
                  Harold H. Titus mendefinisikan “Ilmu (Science) diartikan sebagai common science yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode observasi yang teliti dan kritis). 
                  Dr. Mohammad Hatta mendefinisikan “Tiap-tiap ilmu pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya, baik menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunannya dari dalam.” 
                  Jadi, ilmu pengetahuan adalah sesuatu kumpulan yang sistematis pengetahuan teratur mengenai pokok soal yang menunjuk pada sesuatu yang isi substantif yang terkandung dalam ilmu.
1.Karakteristik Ilmu Pengetahuan
Karakteristik ilmu pengetahuan di antaranya sebagai berikut :
1.      Konkrit, yaitu dapat diukur kebenarannya.
2.      Kehadiran objek dan subjek tidak dapat dipisahkan atau memiliki keterkaitan satu sama lainnya.
3.      Tidak terbatas sehingga masih banyak ilmu pengetahuan yang harus digali lagi dan tidak mempunyai keterbatasan tertentu.
4.      Metodologi yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan
5.      Rasionalis, penalarannya berdasarkan ide yang dianggap jelas dan dapat diterima oleh akal.
6.      Wahyu, tidak menggunakan penalaran, tetapi menggunakan wahyu sebagai sumber pengetahuan.
7.      Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama
8.      Kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan
9.      Obyektif tidak bergantung pada pemahaman secara pribadi
2.  Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan
Menurut The Liang Gie (1987) ilmu pengetahuan mempunyai   5 ciri pokok yaitu:
1.             Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan
2.             Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur
3.             Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi
4.             Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu
5.             Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.
Menurut Ismaun (2001) mengetengahkan sifat atau ciri-ciri ilmu sebagai berikut :
1.      Obyektif; ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak berdasarkan pada emosional subyektif,
2.      Koheren; pernyataan/susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan;
3.      Reliable; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keterandalan (reabilitas) tinggi,
4.      Valid; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara internal maupun eksternal,
5.      Memiliki generalisasi; suatu kesimpulan dalam ilmu dapat berlaku umum,
6.      Akurat; penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi, dan
7.      Dapat melakukan prediksi; ilmu dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal.
3.     Syarat-Syarat Ilmu :
Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat memenuhi persyaratan-persyaratan, sebagai berikut
1.      Ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan alam (kosmologi) maupun tentang manusia (Biopsikososial).
2.      Ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi pendekatan dan teknik tertentu.
3.      Pokok permasalahan (subject matter atau focus of interest). ilmu mensyaratkan adanya pokok permasalahan yang akan dikaji.
Jadi seluruh bentuk ilmu pengetahuan dapat digolongkan kedalam kategori ilmu pengetahuan dimana masing-masing bentuk dapat dicirikan oleh karakterristik obyek ontologis, landasan epistemologis, dan landasan aksiologis.
 Salah satu dari bentuk ilmu pengetahuan ditandai dengan :
1.        Obyek Ontologis : yaitu pengalaman manusia yakni segenap wujud yang dapat dijangkau lewat panca indra atau alat yang membantu kemampuan panca indra.
2.        Landasan Epistemologis : metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dengan pengajuan hipotesis atau yang disebut logico hypotetico verifikasi.
3.        Landasan Aksiologis : kemaslahatan umat manusia artinya segenap wujud ilmu pengetahuan itu secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.

C.Peranan filsafat dalam Ilmu pengetahuan
Semakin banyak manusia tahu, semakin banyak pula pertanyaan yang timbul dalam dirinya. Manusia ingin tahu tentang asal dan tujuan hidup, tentang dirinya sendiri, tentang nasibnya, tentang kebebasannya, dan berbagai hal lainnya. Sikap seperi ini pada dasarnya sudah menghasilkan pengetahuan yang sangat luas, yang secara metodis dan sistematis dapat dibagi atas banyak jenis ilmu.
Ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya membantu manusia dalam mengorientasikan diri dalam dunia dan memecahkan berbagai persoalan hidup. Berbeda dari binatang, manusia tidak dapat membiarkan insting mengatur perilakunya. Untuk mengatasi masalah-masalah, manusia membutuhkan kesadaran dalam memahami lingkungannya. Di sinilah ilmu-ilmu membantu manusia mensistematisasikan apa yang diketahui manusia dan mengorganisasikan proses pencariannya.
Sekalipun ada berbagai kontradiksi tentang keunggulan ilmu pengetahuan, tidak dapat disangkal bahwa ilmu pengetahuan sesungguhnya memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari peranan ilmu pengetahuan dalam membantu manusia mengatasi masalah-masalah hidupnya, walaupun kadang-kadang ilmu pengetahuan dapat pula menciptakan masalah-masalah baru.
Meskipun demikian, pada kenyataannya peranan ilmu pengetahuan dalam membantu manusia mengatasi masalah kehidupannya sesungguhnya terbatas. Seperti yang telah diungkapkan pada bagian pendahuluan, keterbatasan itu terletak pada cara kerja ilmu-ilmu pengetahuan yang hanya membatasi diri pada tujuan atau bidang tertentu. Karena pembatasan itu, ilmu pengetahuan tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang keseluruhan manusia. Untuk mengatasi masalah ini, ilmu-ilmu pengetahuan membutuhkan filsafat. Dalam hal inilah filsafat menjadi hal yang penting.
C.Verhaak dan R.Haryono Imam dalam bukunya yang berjudul Filsafat Ilmu Pengetahuan: Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-ilmu, menjelaskan dua penilaian filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu. Pertama, filsafat ikut menilai apa yang dianggap “tepat” dan “benar” dalam ilmu-ilmu. Apa yang dianggap tepat dalam ilmu-ilmu berpulang pada ilmu-ilmu itu sendiri. Dalam hal ini filsafat tidak ikut campur dalam bidang-bidang ilmu itu. Akan tetapi, mengenai apa kiranya kebenaran itu, ilmu-ilmu pengetahuan tidak dapat menjawabnya karena masalah ini tidak termasuk bidang ilmu mereka. Hal-hal yang berhubungan dengan ada tidaknya kebenaran dan tentang apa itu kebenaran dibahas dan dijelaskan oleh filsafat. Kedua, filsafat memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran.
             Dari dua penilaian filsafat atas kebenaran ilmu-ilmu di atas, dapat dillihat bahwa ilmu-ilmu pengetahuan (ilmu-ilmu pasti) tidak langsung berkecimpung dalam usaha manusia menuju kebenaran. Usaha ilmu-ilmu itu lebih merupakan suatu sumbangan agar pengetahuan itu sendiri semakin mendekati kebenaran. Filsafatlah yang secara langsung berperan dalam usaha manusia untuk mencari kebenaran. Di dalam filsafat, berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan kebenaran dikumpulkan dan diolah demi menemukan jawaban yang memadai.
C. Peranan Ilmu Pengetahuan dalam Matematika
Pembelajaran matematika yang memfasilitasi siswa untuk dapat mengembangkan logika pikirnya sejak dini memang sangat dianjurkan. Hal ini bertujuan agar siswa dapat lebih mudah menerima dan memahami materi pelajaran matematika yang diberikan oleh guru. Namun, perlu diakui bahwa pembelajaran semacam ini menuntut kreatifitas dari guru sebagai pendamping belajar siswa. Guru dianjurkan untuk meningkatkan kinerja serta kreatifitasnya agar siswa menjadi lebih berminat dan terdorong untuk terus bereksplorasi dalam matematika. Dalam hal ini, guru diharapkan untuk tidak lagi mengajar secara konvensional di mana prosesnya hanya tentang transfer ilmu dari guru sebagai “yang lebih tahu” kepada murid sebagai “yang belum tahu”, akan tetapi guru diharapkan memberikan pembelajaran yang mampu menjadi sarana bagi siswa untuk membangun pengetahuan matematisnya.
            Pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk membangun pengetahuan matematisnya seperti yang telah diungkapkan di atas barangkali akan membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama jika dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional. Hal inilah yang membuat beberapa guru seakan enggan menggunakan metode tersebut dan lebih memilih untuk menggunakan metode konvensional. Akan tetapi dengan adanya implementasi filsafat sebagai latar belakang lahirnya suatu konsep matematika, maka baik guru maupun siswa diharapkan mampu dan mau untuk memberikan pembelajaran maupun mempelajari matematika sampai tuntas dan mencintai matematika dengan lebih mendalam. Bakhtiar (2004) berpendapat bahwa implementasi filsafat matematika pada pelajaran matematika di sekolah memiliki manfaat yaitu mampu meningkatkan nilai matematika siswa di sekolah. Bukan itu saja, kecintaan siswa pada pelajaran matematika menjadi lebih nyata dan jauh dari abstrak.
            Perlu diingat bahwa anak dari berbagai usia berpikir sesuai dengan tingkat usianya dan matematika merupakan subjek ideal yang mampu mengembangkan proses berpikir anak mulai dari usia dini, usia pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan lanjutan dan bahkan hingga jenjang pendidikan tinggi.         Oleh karena itu, pengetahuan tentang matematika penting untuk diberikan sejak dini agar anak mengetahui, memahami, dan mampu menggunakan prinsip matematika dalam kehidupan sehari-hari baik itu mengenai perhitungan, pengerjaan soal matematika, maupun pemecahan masalah kehidupan di lingkungan sekolah atau di lingkungan masyarakat.
            Akan tetapi fakta yang muncul dalam masyarakat kita adalah keberhasilan pembelajaran matematika hanya dinilai sebatas perolehan nilai di sekolah. Semakin tinggi nilai ujian matematikanya, maka seorang siswa dianggap telah menguasi konsep matematika. Hal ini mendorong para siswa untuk mempelajari matematika dengan cara drilling soal atau menghapal rumus. Padahal kemampuan matematis seseorang tidak hanya dilihat berdasarkan seberapa mampu ia mengerjakan soal yang diberikan. Kemampuan menghapal rumus saja juga tidak cukup kalau tidak bisa menganalisis atau mengubah dari soal cerita ke dalam bahasa matematika, kemudian menentukan solusinya, lalu mengembalikan lagi ke dalam konteks soal cerita semula. Dengan kata lain, kemampuan matematis seorang siswa berkaitan erat dengan kemampuan siswa tersebut dalam menerapkan konsep matematika yang ia dapat di sekolah ke dalam konteks permasalahan sehari – hari. Sehingga tidak jarang anak-anak yang mempelajari matematika secara pragmatis ini mendapatkan nilai yang bagus di tingkat pendidikan dasar akan mengalami kesulitan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk dapat mempelajari matematika dengan baik sangat dibutuhkan kemampuan bahasa. Kemampuan berbahasa ini sangat berperan dalam proses memahami soal dan alur logika pikir dalam matematika. Selain itu, imajinasi dan kreativitas siswa juga sangat diperlukan dalam mempelajari matematika. Hal inilah yang memungkinkan pembelajaran matematika menjadi lebih menarik dan bermakna bagi siswa.

PENUTUP
F. Kesimpulan
1.      Dengan mengetahui pengertian ilmu pengetahuan, kita dapat memahami arti penting dari ilmu pengetahuan.
2.      Dengan mengetahui hubungan antara filsafat ilmu dalam ilmu pengetahuan, filsafat memberi penilaian tentang sumbangan ilmu-ilmu pada perkembangan pengetahuan manusia guna mencapai kebenaran tapi filsafat tidak ikut campur dalam ilmu-ilmu tersebut dimana filsafat selalu mengarah pada pencarian akan kebenaran. 
3.      Dengan mengetahui pengertian peran ilmu pengetahuan, pengetahuan lama akan menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru dan guru dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran matematika..
           
DAFTAR PUSTAKA
Bahm, Archie, J., 1980., “What Is Science”, Reprinted from my Axiology; The Science Of Values; 44-49, World Books, Albuquerqe, New Mexico, p.1,11.
Bertens, K., 1987., “Panorama Filsafat Modern”, Gramedia Jakarta, p.14, 16, 20-21, 26.
Koento Wibisono S. dkk., 1997., “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan”, , p.6-7, 9, 16, 35, 79. Klaten: Intan Pariwara.
Koento Wibisono S., 1984., “Filsafat Ilmu Pengetahuan Dan Aktualitasnya Dalam Upaya Pencapaian Perdamaian Dunia Yang Kita Cita-Citakan”, p.3, 14-16. Yogyakarta: Fakultas Pasca Sarjana UGM.
____________________., 1996., “Arti Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme Auguste Comte”, p.8, 24-26, 40 Cet.Ke-2, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
____________________., 1999. “Ilmu Pengetahuan Sebuah Sketsa Umum Mengenai Kelahiran Dan Perkembangannya Sebagai Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu”, p.1,. Yogyakarta: Ditjen Dikti Depdikbud – Fakultas Filsafat UGM.
Nuchelmans, G., 1982. “Berfikir Secara Kefilsafatan: Bab X, Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam, Dialihbahasakan Oleh Soejono Soemargono” , p.6-7. Yogyakarta : Fakultas Filsafat – PPPT UGM.
Sastrapratedja, M., 1997. “Beberapa Aspek Perkembangan Ilmu Pengetahuan”, p.2-3.Yogyakarta: Internship Filsafat Ilmu Pengetahuan, UGM.
Soeparmo, A.H., 1984., “Struktur Keilmuwan Dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam”, p.2, 11.Surabaya: Penerbit Airlangga University Press.
The Liang Gie., 1999. Pengantar Filsafat Ilmu, Cet. Ke-4 p.29, 31, 37, 61, 68, 85, 93, 159, 161. Yogyakarta: Liberty,
Van Melsen, A.G.M. 1985. “Ilmu Pengetahuan Dan Tanggung Jawab, Diterjemahkan Oleh K.Bartens” , p.16-17, 25-26, Jakarta: Gramedia.
Van Peursen, C.A.,1985. “Susunan Ilmu Pengetahuan Sebuah Pengantar Filsafat Ilmu, Alih Bahasa Oleh J.Drost” p.1, 4, 12.. Jakarta: Gramedia.
http://andriwiranata76.blogspot.com/, (diakses Senin, 17 November 2014 pukul 09.00).


No comments:

Post a Comment