DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................. 1
ABSTRAK .................................................................................. 2
KATA PENGANTAR ..................................................................... 3
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ..................................................................... 4
B.
Rumusan
Masalah ..................................................................... 4
C.
Tujuan
Penulisan ..................................................................... 5
D.
Manfaat
Penulisan ..................................................................... 5
E.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Epistemologi .......................................................... 6
2.
Ruang lingkup epistemologi .......................................................... 7
3.
Aliran-Aliran epistemologi ......................................................... 8
4.
Pengaruh epistemologi terhadap pendidikan
matematika .......... 12
5.
Pengaruh epistemologi terhadap peradaban
manusia...................... 14
SARAN DAN KESIMPULAN ........................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 16
EPISTEMOLOGI DALAM PENDIDIKAN
ABTRAK
Makalah ini membahas tentang
epistemologi. Dengan tujuan penulisan adalah untuk mengetahui
pengertian epistemologi, ruang lingkup epistemoligi, aliran-aliran, pengaruh epistemologi
terhadap pendidikan matematika, dan
pengaruh epistemologi terhadap peradaban manusia. Adapun manfaat dari epistemologi adalah dengan
memahami epistemologi dapat mengetahui
ruang lingkup, aliran-aliran, dan pengaruh epistemologi terhadap pendidikan
matematika dan peradaban manusia.
Kata Kunci :Epistemologi, aliran-aliran Epistemologi,
ruang lingkup epistemoligi, aliran-aliran,
pengaruh epistemologi terhadap pendidikan matematika dan peradaban manusia
Makalah mahasiswa magister Pendidikan matematika pasca
sarjana UNSRI 2014
Nama : Putri Cahyani Agustine
NIM : 06022681419007
Dosen :
Prof. Dr. Waspada dan Prof. Dr. Fauziah Kurdi
KATA
PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke
Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Salawat dan salam dihaturkan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW atas perjuangan beliau kita dapat menikmati
pencerahan iman dan islam dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Dalam
makalah ini kami akan membahas mengenai “Epistemologi” dalam rangka memenuhi
tugas Filsafat Ilmu.
Makalah ini telah dibuat berdasarkan
sumber-sumber yang telah dikumpulkan. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengundang
pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Palembang, 30 Oktober
2014
Penulis
A. PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Manusia
hidup didunia tidak hanya memerlukan kebutuhan pokok saja. Akan tetapi manusia
juga memerlukan informasi untuk mengetahui keadaan di lingkungan sekitar
mereka. Dalam upaya untuk memperoleh informasi, manusia seringkali melakukan
komunikasi ataupun cara-cara lain yang bisa digunakan. Salah satu informasi
yang didapat dari komunikasi adalah pengetahuan. Pengetahuan sangat diperlukan
bagi kehidupan manusia karena dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi
kehidupan. Dalam mencari pengetahuan, tidak jarang manusia harus mempelajari
Epistemologi. Epistemologi disebut juga sebagai teori pengetahuan karena
mengkaji seluruh tolak ukur ilmu-ilmu manusia, termasuk ilmu logika dan
ilmu-ilmu manusia yang bersifat gamblang, merupakan dasar dan pondasi segala
ilmu dan pengetahuan.
Sejak
semula, epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang
paling sulit. Sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang
membentang luas, sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan
darinya. Selain itu pengetahuan merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang
dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan
biasanya diandaikan begitu saja. Oleh sebab itu, perlu diketahui apa saja yang
menjadi dasar-dasar pengetahuan yang dapat digunakan manusia untuk mengembangkan
diri dalam mengikuti perkembangan informasi yang pesat.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Epistemologi ?
2. Bagaimana
ruang lingkup Epistemologi ?
3. Apa
saja aliran- aliran yang ada dalam Epistemologi ?
4. Bagaimana
pengaruh Epistemologi terhadap pendidikan matematika?
5. Bagaimana
pengaruh Epistemologi terhadap peradaban manusia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian epistemologi
2. Untuk
mengetahui ruang lingkup epistemoligi
3. Untuk mengetahui aliran-aliran yang ada dalam epistemologi
4. Untuk mengetahui pengaruh
epistemologi terhadap pendidikan matematika.
5. Untuk mengetahui pengaruh epistemologi terhadap
peradaban manusia.
D.
Manfaat Penulisan
Dengan memahami epistemologi dapat mengetahui ruang lingkup,
aliran-aliran, dan pengaruh epistemologi terhadap pendidikan matematika dan
peradaban manusia.
E.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Epistemologi
Istilah “Epistemologi” berasal
dari bahasa Yunani yaitu “episteme” yang berarti pengetahuan dan ‘logos”
berarti perkataan, pikiran, atau ilmu. Kangeta “episteme” dalam
bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya menundukkan,
menempatkan, atau meletakkan. Maka, secara harafiah episteme berarti
pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan
setepatnya. Bagi suatu ilmu pertanyaan yang mengenai definisi ilmu itu, jenis
pengetahuannya, pembagian ruang lingkupnya, dan kebenaran ilmiahnya, merupakan
bahan-bahan pembahasan dari epistemologinya.
Epistemologi
sering juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Epistemologi lebih
memfokuskan kepada makna pengetahuan yang berhubungan dengan konsep, sumber,
dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain sebagainya.
Beberapa ahli yang mencoba mengungkapkan definisi
dari pada epistemologi adalah P. Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi
adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope
pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban
atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Tokoh lain yang mencoba
mendefinisikan epistemoogi adalah D.W Hamlyin, beliau mengatakan bahwa
epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaian – pengandaian serta secara umum hal
itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki
pengetahuan.
Runes dalam kamusnya menjelaskan bahwa epistemology
is the branch of philosophy which investigates the origin, stukture, methods
and validity of knowledge. Itulah sebabnya kita sering menyebutnya dengan
istilah epistemologi untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F
Ferrier pada tahun 1854 (Runes, 1971-1994).
2.
Ruang Lingkup Epistemologi
M. Arifin merinci ruang lingkup epistemologi, meliputi
hakekat, sumber dan validitas pengetahuan. Mudlor Achmad merinci menjadi enam
aspek, yaitu hakikat, unsur, macam, tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan.
Bahkan, A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang
harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa
hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran itu,
mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan
sampai dimanakah batasannya. Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua
masalah pokok ; masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu.
Mengingat epistemologi
mencakup aspek yang begitu luas, sampai Gallagher secara ekstrem menarik
kesimpulan, bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat. Usaha menyelidiki
dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa
yang diketahui dibidang tertentu.
Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi, ternyata hanya
aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof, sehingga
mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas
pada aspek-aspek tertentu. Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih
banyak cenderung diabaikan.
M. Amin Abdullah menilai, bahwa seringkali kajian
epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber
ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis. Sedangkan Paul Suparno menilai
epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan
ilmiah. Sementara itu, aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan
epistemologi, atau setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak.
Namun, penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi
memudahkan pemahaman seseorang, terutama pada tahap pemula untuk mengenali
sistematika filsafat, khususnya bidang epistemologi. Hanya saja, jika dia ingin
mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi, tentunya tidak bisa hanya
memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan, akan tetapi
epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas, yaitu komponen-komponen
yang terkait langsung dengan “bangunan” pengetahuan.
3.
Aliran-Aliran Epistemologi
Ada
beberapa aliran yang berbicara tentang ini, diantaranya :
a. Empirisme
Kata
empiris berasal dari kata yunani empieriskos yang berasal dari kata empiria,
yang artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan
melalui pengalamannya. Bila dikembalikan kepada kata yunaninya, pengalaman yang
dimaksud ialah pengalaman inderawi. Manusia tahu es dingin karena manusia
menyentuhnya, gula manis karena manusia mencicipinya.
John
locke (1632-1704) bapak aliran ini pada zaman modern mengemukakan teori tabula
rusa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya ialah bahwa manusia
itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa
yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan. Mula- mula tangkapan indera
yang masuk itu sederhana, lama-lama sulit, lalu tersusunlah pengetahuan
berarti.berarti, bagaimanapun kompleks (sulit)-nya pengetahuan manusia, ia
selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera. Sesuatu yang tidak dapat
diamati dengan indera bukan pengetahuan yang benar. Jadi, pengalaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar.
Karena itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini adalah metode
eksperimen. Kesimpulannya bahwa aliran empirisme lemah karena keterbatasan
indera manusia. Misalnya benda yang jauh kelihatan kecil, sebenarnya benda itu
kecil ketika dilihat dari jauh sedangkan kalau dilihat dari dekat benda itu
besar.
b. Rasionalisme
Secara
singkat aliran ini menyatakan bahwa akal
adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan
diukur dengan akal. Manusia, menurut aliran ini, menmperoleh pengetahuan
melalui kegiatan akal menangkap objek. Bapak aliran ini adalah Descartes
(1596-1650). Descartes seorang filosof yang tidak puas dengan filsafat
scholastic yang pandangannya bertentangan, dan tidak ada kepastian disebabkan
oleh kurangnya metode berpikir yang tepat. Dan ia juga mengemukakan metode
baru, yaitu metode keragu-raguan. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu,
dalam keragu-raguan itu jelas ia sedang berpikir. Sebab, yang sedang berpikir
itu tentu ada dan jelas ia sedang erang menderang. Cogito Ergo Sun (saya
berpikir, maka saya ada).
Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang
kepada kebenaran. Yang benar hanya tindakal akal yang terang benderang yang
disebut Ideas Claires el Distictes (pikiran yang terang benderang dan
terpilah-pilah). Idea terang benderang inilah pemberian tuhan seorang
dilahirkan ( idea innatae = ide bawaan). Sebagai pemberian tuhan, maka tak
mungkin tak benar. Karena rasio saja yang dianggap sebagai sumber kebenaran,
aliran ini disebut rasionlisme. Aliran rasionalisme ada dua macam , yaitu dalam
bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang agama, aliran rasionalisme
adalah lawan dari otoritas dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajran
agama. Adapun dalam bidang filsafat, rasionalisme adalah lawan dari empirisme
dan sering berguna dalam menyusun teori pengetahuan .
c. Positivisme
Tokoh
aliaran ini adalah august compte (1798-1857). Ia menganut paham empirisme. Ia
berpendapat bahwa indera itu sangat penting dalam memperoleh pengetahuan.
Tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen.
Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat eksperimen. Eksperimen memerlukan
ukuran-ukuran yang jelas. Misalnya untuk mengukur jarak kita harus menggunakan
alat ukur misalnya meteran, untuk mengukur berat menggunakan neraca atau timbangan
misalnya kiloan . Dan dari itulah kemajuan sains benar benar dimulai. Kebenaran
diperoleh dengan akal dan didukung oleh bukti empirisnya. Dan alat bantu itulah
bagian dari aliran positivisme. Jadi, pada dasarnya positivisme bukanlah suatu
aliran yang dapat berdiri sendiri. Aliran ini menyempurnakan empirisme dan
rasionalisme.
d. Intuisionisme
Henri
Bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap tidak hanya indera
yang terbatasa, akal juga terbatas. Objek yang selalu berubah, demikian bargson.
Jadi, pengetahuan kita tentangnya tidak pernah tetap. Intelektual atau akal
juga terbatas. Akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia mengonsentrasikan
dirinya pada objek itu, jadi dalam hal itu manusia tidak mengetahui keseluruhan
(unique), tidak dapat memahami sifat-sifat yang tetap pada objek. Misalnya
manusia menpunyai pemikiran yang berbeda-beda. Dengan menyadari kekurangan dari
indera dan akal maka bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang
dimiliki manusia, yaitu intuisi.
e. Kritisme
Aliran ini muncul pada
abad ke-18 suatu zaman baru dimana seseorang ahli pemikir yang cerdas mencoba
menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme. Seorang ahli
pikir jerman Immanuel Kant (1724-18004) mencoba menyelesaikan persoalan diatas,
pada awalnya, kant mengikuti rasionalisme tetapi terpengaruh oleh aliran
empirisme. Akhirnya kant mengakui peranan akal harus dan keharusan empiris,
kemudian dicoba mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber
pada akal (rasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari pengalaman
(empirime).
Jadi, metode
berpikirnya disebut metode kiritis. Walaupun ia mendasarkan diri dari nilai
yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari bahwa adanya
persoalan-persoalan yang melampaui akal.
f.
Idealisme
Idealisme adalah suatu
aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam
kaitan dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil dari kata idea yaitu
suatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini dimiliki oleh plato dan pada
filsafat modern.
Idealisme mempunyai
argumen epistemologi tersendiri. Oleh karena itu, tokoh-tokoh teisme yang
mengajarkan bahwa materi tergantung pada spirit tidak disebut idealisme karena
mereka tidak menggunakan argumen epistemologi yang digunakan oleh idealisme.
Idealisme secara umum berhubungan dengan rasionalisme. Ini adalah mazhab
epistemologi yang mengajarkan bahwa pengetahuan apriori atau deduktifdapat
diperoleh dari manusia denganakalnya.
4. EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN
Epistemologi
diperlukan dalam pendidikan antara lain salah satunya dalam hubungannya dengan
penyusunan dasar kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan pada anak
didik, diajarkan di sekolah dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan dan cara
menyempaikannya. Semua itu adalah epistemologinya pendidikan. Lahirnya
kurikulum 2013 adalah salah satu usaha baik dari pemerintah untuk memperbaiki
kualitas pendidikan di Indonesia. Baik dari segi sikap spritual,sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan siswa.
Melihat
kondisi ini, dilihat dari sudut epistemologi adalah seharusnya pengetahuan apa yang harus diberikan kepada
anak didik. Hal ini tentu terkait dengan pengetahuan kita akan kebutuhan
yang diperlukan anak didik. Harus mengetahui dan memahami berbagai kemampuan
atau kelebihan atau kecerdasan yang dimiliki anak. tidak bisa semua siswa
diberlakukan sama.
Pada
dunia pendidikan cara memperoleh pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan
justru pada sekolah-sekolah swasta yang pada dasarnya tidak ingin tergantung
pada kapitalisme semata. Mereka mendidik anak-anak dengan mengembangkanpotensi
yang ada dengan harapan anak-anak bisa berkembangan secara maksimal. Cara
tradisional, guru dianggap sebagai pusat segala-galanya. Guru yang paling
pandai dan gudang ilmu. Siswa adalah penerima. Cara model sekarang, banyak
diantaranya mengembangkan metode active learning untuk memacu
kreativitas dan daya inisiatif siswa. Guru hanya sebagai fasiltator saja. Guru
mengarahkan siswa. Siswa dapat memperolehnya melalui diskusi, problem based
learning (PBL), pergi ke perpustakaan, belajar dengan e-learning
(internet), membaca dan sebagainya. Cara-cara seperti ini akan memacu potensi
siswa daripada siswa diperlakukan hanya sebagai objek yag pasif saja.
Dengan kompetensi guru serta metode
atau gaya pengajaran yang guru terapkan cukup mempengaruhi motivasi siswa dalam
belajar. Salah satu contoh SD Kreatif. SD ini memberikan pengajaran yang unik.
Kadang guru memberikan pendidikan dengan outbound, dengan bentuk dongeng atau
cerita, atau dengan memberikan pesan moral dan mengajak untuk berpikir
rasional.
5.
Pengaruh Epistemologi terhadap pendidikan matematika
Kajian epistemologi matematika adalah sekelompok pertanyaan
mengenai apakah matematika itu (pertanyaan yang diperbincangkan oleh para ahli
matematika selama lebih daripada 2000 tahun), termasuk jenis pengetahuan apa
(pengetahuan empirik ataukah pengetahuan pra-pengalaman), bagaimana
ciri-cirinya (deduktif, abstrak, hipotesis, eksak, simbolik, universal,
rasional, dan kemungkinan ciri lainnya), serta lingkupan dan pembagian
pengetahuan matematika (matematika murni dan matematik terapan serta berbagai
cabang matematika yang lain). Demikian pula persoalan tentang kebenaran matematika seperti misalnya sifat
alaminya dan macamnya. Jadi, matematika jika ditinjau dari aspek epistemologi,
matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan
pengukuran secara kuantitatif.
Problem dasar pendidikan matematika kita di
Indonesia adalah siswa atau mahasiswa tidak dibiasakan untuk
menginterpretasikan sebuah persoalan. Padahal, matematika itu adalah
interpretasi manusia terhadap fenomena alam. Dampaknya, siswa bahkan mahasiswa,
pandai mengerjakan soal, tetapi tidak bisa memberikan makna dari soal itu.
Matematika hanya diartikan sebagai sebuah persoalan hitung-hitungan yang siap
untuk diselesaikan atau dicari jawabannya. Ini akibat tidak diajarkannya filsafat
atau latar belakang ilmu matematika. Oleh
karena itu salah satu model pembelajaran PMRI (Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia) dalah salah satu pembelajaran bermakna bagi siswa dan menanamkan
pendidikan karakter bagi siswa agar dapat menginterpretasikan
persoalan-persoalan matematika dan bermakna sampai mereka dewasa.
Terdapat
4 dimensi komunikasi dalam pendidikan karakter di Indonesia, meliputi
komunikasi material, komunikasi formal, komunikasi normatif dan komunikasi
spiritual. Dalam pengembangan karakter pada pendidikan matematika juga berlaku
empat komunikasi tersebut, keberhasilan pendidikan karakter ditentukan oleh
sejauh mana guru dapat berkomunikasi melalui empat hal di atas dengan siswa.
a.
Komunikasi material matematika
Komunikasi
material matematika didominasi oleh sifat horisontal arah vitalitasnya. Dilihat
dari segi keterlibatannya, jumlah satuan potensi yang terlibat adalah bersifat
minimal jika dibandingkan dengan komunikasi dari dimensi yang lainnya. Maka,
sebagian orang dapat memperoleh kesadaran bahwa komunikasi material matematika
adalah komunikasi dengan dimensi paling rendah.
b.
Komunikasi formal matematika
Komunikasi
formal matematika didominasi oleh sifat-sifat korelasional ke luar atau ke
dalam dari vitalitas potensinya. Korelasi ke luar atau ke dalam memunyai makna
perbedaan antara sifat-sifat yang di luar dan sifat-sifat yang di dalam.
Korelasi antara perbedaan sifat itulah yang menentukan sifat dari subjek atau
objek komunikasinya. Implikasi dari perbedaan sifat-sifat subjek atau
sifat-sifat objek memberikan penguatan adanya perbedaan sifat penunjukan.
c.
Komunikasi normatif matematika
Komunikasi
normatif matematika ditandai dengan meluruhnya sifat-sifat penunjukan
korelasionalitas penunjukannya pada diri subjek dan objeknya. Namun demikian,
komunikasi dikatakan memunyai dimensi yang lebih tinggi dikarenakan
keterlibatan satuan-satuan potensinya lebih banyak, lebih luas, dan lebih
kompleks. Meluruhnya sifat penunjukan korelasional horisontal bukan disebabkan
oleh lemahnya potensi dan vitalitas komunikasi, tetapi semata-mata dikarenakan
luasnya jangkauan dan keterlibatan satuan-satuan potensi dan vitalitas baik
pada diri subjek maupun objek.
d.
Komunikasi spiritual matematika
Sifat-sifat
korelasional keluar dari konsep matematika menunjukkan keadaan semakin jelas
dan tegasnya apakah dalam bentuk ke luar ke atas atau ke luar ke bawah.
Korelasionalitas potensi dan vitalitas matematika ke atas akan
mentransformasikan bentuk komunikasi ke dimensi yang lebih atas yaitu
komunikasi spiritual matematika. Di pihak lain, korelasional potensi dan
vitalitas ke bawah akan mentransformasikan bentuk komunikasi matematika ke
dimensi yang lebih bawah, yaitu komunikasi formal matematika atau komunikasi
material matematika.
5.
Pengaruh Epistemologi terhadap peradaban manusia
Secara global
epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban, sudah
tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur semua aspek
studi manusia, dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologi
dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu
mereka itu suatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu
dipandang dari keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologilah
yang menentukan kemajuan sains dan teknologi. Wujud sains dan teknologi yang
maju disuatu negara, karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan
epistemologi. Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam, sehingga
kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi.
Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa
pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada teknologi. Meskipun
teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata
teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi.
Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk selalu berfikir
dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk
teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis,
yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan
sesuatu, perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu
itu, dan sebagainya.
E.
PENUTUP
a.
Kesimpulan
1.
Epistemologi disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Epistemologi
lebih memfokuskan kepada makna pengetahuan yang berhubungan dengan konsep,
sumber, dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain sebagainya.
2. Pengetahuan
dapat diperoleh melalui beberapa hal yaitu:
a. Pengetahuan
diperoleh dari akal, yakni pengetahuan yang didapatkan melalui proses berpikir
yang logis sehingga dapat diterima oleh akal. Dari sini memunculkan aliran
rasionalisme.
b. Pengetahuan
diperoleh dari pengalaman, yakni pengetahuan baru muncul ketika indera manusia
menimba pengalaman dengan cara melihat dan mengamati berbagai kejadian dalam
kehidupan, jadi ketika manusia lahir benar-benar dalam keadaan yang bersih dan
suci dari apapun. Aliran yang mempunyai paham ini adalah aliran empirisme.
c. Pengetahuan
diperoleh dari intuisi, yakni pengetahuan yang bersifat personal, dan hanya
orang-orang tertentu yang mendapatkan pengetahuan ini.
b.
Saran
Keberhasilan
pendidikan karakter ditentukan oleh sejauh mana guru dapat berkomunikasi
melalui 4 dimensi komunikasi dalam pendidikan karakter yaitu komunikasi
material, komunikasi formal, komunikasi normatif dan komunikasi spiritual. Oleh
karena itu, hendaknya guru berkomunikasi melalui 4 dimensi komunikasi agar siswa dapat menginterpretasikan persoalan-persoalan
matematika dan menjadi pembelajaran bermakna sampai mereka dewasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Adisusilo,
Sutarjo. 1983. Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta. Kanisius.
Bakhtiar A.
2007. Filsafat Ilmu. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Mangunwijaya YB.
1999. Pasca Indonesia Pasca Einstein; Eseiesei Tentang
Kebudayaan IndonesiaAbad ke-21. Yogyakarta. Kanisius.
http://mohnurula.blogspot.com/2014/03/bab-i-pendahuluan-1.html,
(diakses hari Senin, 27 Oktober 2014 pukul 19.10)
http://nyimasindakusumawati.blogspot.com/p/filsafat-ilmu_31.html,
(diakses hari Senin, 27 Oktober 2014 pukul 19.35)
http://powermathematics.blogspot.com/2011/04/artikel-populer-pendidikan-karakter.html,
(diakses hari Selasa, 28 Oktober 2014 pukul 19.40)
http://oktavianustkjb.blogspot.com/2013/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html,
(diakses hari Selas, 28 Oktober 2014 pukul 19.45)
No comments:
Post a Comment